Selasa, 31 Desember 2013

Perngaruh Depresiasi Nilai Tukar Rupiah dan Multiplier Efek yang Terjadi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia



Telah marak diperbincangkan depresiasi atau penurunan nilai tukar rupiah terhadap valuta asing yang khususnya terhadap dollar Amerika Serikat (AS). Nilai tukar merupakan salah satu alat ukur keteguhan perekonomian di suatu negara. biasanya pula nilai mata uang suatu negara sangat bergantung pada tingkat pertumbuhan ekonominya. Sejak tahun 1971 negara-negara di dunia telah bersepakat untuk mengganti emas dengan dollar AS sebagai dasar sistem moneter global. Setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah AS secara langsung baik tidak langsung dapat mempengaruhi peredaran dollar AS yang masuk maupun kelaur negara AS. Mata uang Indonesia merupakan salah satu mata uang dari wilayah Asia yang memiliki performa terburuk, dan India pun dengan mata uangnya Rupee pernah mengalami hal yang serupa akan tetapi tinggal Indonesia yang sekarang masih mengalami hal tersebut. Oleh karena itu , stabilitas nilai tukar mata uang suatu negara merupakan suatu hal yang sangat penting yang berdampak kepada tingkat perekonomian negara tersebut.

Sistem pokok nilai tukar valuta asing dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sistem nilai tukar tetap (fixed exchange rate) dan sistem nilai tukar mengambang (flexible exchange rate). Perbedaan ini berdasarkan pada besar cadangan devisa dan intervensi bank sentral yang diperlukan untuk mempertahankan nilai tukar pada sistem tersebut. Sistem nilai tukar tetap membutuhkan cadangan devisa yang sangat besar. Selain itu, bank sentral harus berulangkali mengintervensi pasar agar nilai tukar tetap berada pada posisi yang dikehendaki. Sebaliknya, sistem nilai tukar mengambang tidak membutuhkan cadangan devisa. Bank Sentral juga tidak perlu mengintervensi pasar karena nilai valuta asing ditetapkan oleh interaksi antara permintaan dan penawaran mata uang yang bersangkutan.
Krisis yang melanda Indonesia pada tahun 1997 telah membawa banyak dampak perubahan sistem nilai tukar yang dipakai negara ini yang mana dari sistem nilai tukar tetap mengambang (managed floating rate), menjadi sistem nilai tukar mengambang bebas (floating exchange rate) sistem nilai tukar mengambang bebas ini mempunyai kelebihan dengan tidak perlunya cadangan devisa yang besar karena Bank Sentral tidak harus mempertahankan nilai tukar pada suatu leve ltertentu. Pergerakan ntukar mengambang bebas di pasar dipengaruhi oleh faktor fundamental dan non fundamental. Faktor fundamental tercermin dari variabel-variabel ekonomi makro, seperti pertumbuhan ekonomi, laju inflasi, cadangan devisa, tingkat suku bunga, pertumbuhan uang yang beredar, dan sebagainya. Sementara itu, faktor non fudamental antara lain berupa sentimen pasar terhadap perkembangan sosial politik, faktor psikologi para pelaku pasar dalam memperhitungkan informasi, atau perkembangan lain dalam menentukan nilai tukar pada setiap perilaku ekonomi sehari-hari.
Fundamental perekonomian Indonesia yang kurang baik menjadi faktor mengapa mata uang rupiah terus mengalami penurunan. Hal itu dibuktikan dengan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) yang merosot disebabkan kenaikan inflasi, angka konsumsi domestik yang turun, angka ritel yang jatuh dan sejumlah angka yang meleset dari prediksi. Kemudian pada saat PDB melemah kebijakan yang dilakukan oleh Bang Indonesia malah menaikkan suku bunga, memang hal tersebut sedikit berhasil dan akan tetapi hal tersebut menyebabkan dampak negatif dan positif yang timbul. Dampak positifnya memang banyak investor asing yang masuk untuk menaruh modalnya di Indonesia. Namun, dari sisi negatifnya kebijakan tersebut malah menekan pertumbuhan ekonomi itu sendiri.
Hal seperti itu mungkin sebagai faktor internal bagi negara Indonesia, akan tetapi faktor-faktor eksternal pun ikut membuat nilai tukar Indonesia melemah. Kemungkinan pengurangan paket rangsangan finansial di AS memiliki pengaruh yang paling besar dalam depresiasi rupiah. Soalnya, modal-modal asing yang memang sudah menyebar luas mendominasi dana yang ada di darat maupun laut Indoneisa. Kebijakan-kebijakan baru yang dikeluarkan oleh Federal Reserve (Fed) seperti program quantitative easingnya yang melakukan paket pembelian obligasi bulanan demi memperbanyak sirkulasi dollar di pasar dunia sehingga mengakibatkan suku bunga acuan AS nyaris nol. Hal tersebut tidak hanya dilakukan oleh AS saja, ada negara seperti Jepang, dan Eropa pun memiliki kebijakan yang mirip demikian.
Saat Fed mengumkan bahwa akan mengurangi jumlah pembelian dan mengetatkan kebijakan, para investor pun panik sehingga dana-dana yang selama ini ditanam darus ditarik. Sebab, pengetatan kebijakan artinya suku bunga atas dana yang dipinjam oleh investor pun akan naik. Jadi, untuk menyelamatkan dana, pelaku pasar terssebut memilik untuk aman dengan menukar uangnya ke dalam mata uang yang aman seperti dollar AS. Akibatnya, penjualan rupiah sangat marak dilakukan. Apalagi jelang akhir tahun, para importir harus membayar semua hutang-hutanya mereka dalam bentuk dollar dan hal tersebut sangat dibebankan untuk negara Importir seperti Indonesia ini.

Oleh : Imam Perkasa
Kastrad BEM FEM IPB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar